Ada tiga kelompok
musuh alami yang sering digunakan dalam pengendalian hayati serangga hama yaitu
penggunaan mikroba pathogen, predator dan parasitoid. Pemanfaatan
parasitoid sebagai agen pengendalian merupakan komponen yang banyak diintroduksikan
untuk pengendalian hayati serangga hama. Van Lenteren (1993) menyatakan bahwa
sampai tahun 1990 penggunaan parasitoid telah menunjukan keberhasilan yang
tertinggi dari kelompok
predator dan pathogen yaitu sekitar 81% dari 420 total kasus pengendalian yang
dilakukan.
Parasitoid merupakan
suatu sebutan yang digunakan untuk serangga yang memarasit
serangga. Banyak faktor yang menentukan tingkat keberhasilan pengendalian
dengan parasitoid. Richard (1979) dan Molles (2002) menyebutkan keberhasilan
serangga dalam memangsa (parasitasi) dapat ditentukan oleh empat proses yaitu
penentuan habitat inang, penemuan inang, penerimaan inang dan kesesuian inang.
Sedangkan optimaliasi peran parasitoid di lapangan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, ketersediaan pakan alami, adanya inang alternatif, kesesuaian inang
dan daya pencarnya (dispersal) (deBach, 1964).
Perkembangan
serangga parasitoid (Hymenoptera) dapat berlangsung dalam beberapa cara yaitu, parthenogenesis arrhenotoky,
thelyotoky, dan deuterotoky (Godfray, 1994). Parthenogenesis arrhenotoky terjadi diamana telur-telur yang
dibuahi (diploid) akan menghasilkan individu betina, sedangkan yang tidak
dibuahi (haploid) menghasilkan individu jantan. Parthenogenesis thelyotoky (spesies uniparental) adalah semua
keturunan yang dihasilkan betina, sedangkan deuterotoky adalah thelyotoky yang kadang-kadang terdapat
individu jantan. Perubahan thelyotoky ke deuterotoky dimungkinkan terjadi sebagai akibat
perubahan lingkungan, misalnya kenaikan suhu (Flanders, 1965; Quicke, 1997).
Serangga parasitoid
mampu memanipulasi nisbah kelamin keturunannya tergantung pada kondisi
lingkungannya. Jika jumlah
betina di lingkungan sudah banyak lebih baik untuk melakukan investasi anak
jantan, karena anak jantan lebih dibutuhkan (Debout et al., 2002). Nisbah kelamin biasanya diartikan
sebagai proporsi jenis kelamin jantan parasitoid hymenoptera, mampu mengubah
alokasi seksnya sebagai respon kehadiran betina lain dan memprediksi bahwa
jenis kelamin suatu populasi parasitoid yang stabil secara evolusi menurun dari
0.5 mengikuti penurunan jumlah keturunan dan proporsi keturunan yang dihasilkan
berkurang mengikuti jumlah betina ( Jervis and Kidd, 1996).
Karakteristik
parasitoid
1. Parasitoid
biasanya menghancurkan inangnya selama perkembangannya.
2. Inang
parasitoid biasanya termasuk dalam kelas taksonomi yang sama (serangga)
3. Parasitoid
dewasa hidup bebas sementara itu hanya stadia pradewasa yang parasitik.
4. Parasitoid
berkembang hanya pada satu individu inang selama stadia pradewasa.
5. Dinamika
populasi parasitoid mirip dengan serangga predator.
Tipe parasitoid
1.
Dalam hubungannya dengan inang, ada (a) endoparasit (internal);
parasitoid hidup di dalam tubuh inang dimana tubuh inang biasanya terbuka, (b)
ectoparasit (eksternal); parasitoid menyerang inang dari luar tubuh inang
dimana inang biasanya hidup di tempat-tempat terlindung seperti hama pengorok
daun, penggulung daun dan di dalam kokon atau lainnya.
2.
Dalam hubungannya dengan banyaknya parasitoid pradewasa per
individu inang, ada (a) parasit soliter; satu individu parasitoid per satu
individu inang,dan (b) parasit gregarius; banyak individu parasitoid per satu
individu inang.
3.
Dalam hubungannya dengan stadia inang, ada parasit (a) telur, (b)
larva, (c) pupa, (c) imago dan (d) kombinasi misalnya parasit telur-larva,
larva pupa.
4.
Dalam hubungannya dengan spesies parasitoid lain, ada parasitoid
(1) primer; yakni parasitoid yang memarasit hama, (2) sekunder
(hiperparasitisme); yakni parasitoid yang memarasit parasitoid primer, (3)
tersier (hiperparasitisme); yakni parasitoid yang memarasit parasitoid
sekunder.
5. Dalam
hubungannya dengan kompetisi antar parasitoid pradewasa, ada (1)
superparasitisme; kompetisi intraspesifik, (2) multipel parasitisme; kompetisi
interspesifik.
Tipe hiperparasitisme
1.
Langsung; suatu
parasitoid meletakkan telurnya langsung pada atau di dalam tubuh inang
parasitik.
2.
Tidak langsung; suatu parasitoid sekunder meletakkan
telurnya di dalam tubuh inang non-parasitik dan tidak terparasit. Biasanya
telur tidak berkembang sampai inang non parasitik ini diparasit oleh suatu
parasitoid primer, yang kemudian sebagai inang parasitoid sekunder.
3.
Fakultatif; parasitoid sekunder berkembang seperti
suatu parasitoid primer di bawah kondisi yang sesuai.
4.
Obligat; parsitoid sekunder hanya dapat berkembang di
dalam parasitoid primer.
5. Autoparasitisme;
parasitoid jantan berkembang sebagai hiperparasit (kadang-kadang terhadap
parasitoid betina dari jenis yang sama) dan yang betina berkembang sebagai
parasitoid primer.
6. Kleptoparasitisme
bukan hiperparasitisme yang sesungguhnya. Parasitoid memilih menyerang inang
yang telah diparasit oleh jenis parasitoid lain dan kemudian bersaing dengan
parasitoid pertama untuk mendapatkan nutrisi di dalam inang tersebut.
Kleptoparasitoid biasanya memenangkan kompetisi
Referensi....
daftar pustaka please
BalasHapusCASINOS in MURPHY, OH - JTM Hub
BalasHapusCasino in MURPHY, OH. Get tickets, reviews 여주 출장안마 and information 상주 출장안마 for 대전광역 출장샵 the Casinos at 777 Casino Way, 양주 출장안마 Marysville. 청주 출장마사지